Minggu, 14 Juni 2009

Motivasi bisa dari mana saja

Sangat indah kata-kata yang saya kutip dari seorang teman dengan nama depan Vita, ini. Beliau berkata bahwa: ”Terkadang kita meminta bunga yang indah atau kupu-kupu yang cantik. Allah memberi kita kaktus dan ulat. Saat itu kita sedih, kecewa dan bahkan marah. Ternyata tumbuh bunga yang sangat indah dari kaktus tersebut dan ulat bertumbuh menjadi kupu-kupu yang sangat cantik. Begitulah cara Allah memberi. DIA tidak memberi yang kita inginkan, tetapi memberi yang kita butuhkan”.

Tapi kan saya tidak butuh ulat apalagi kaktus yang berduri sama sekali!

Aduh, Anda benar sekali! Bagaimana mungkin saya bisa membantah pernyataan itu. Tidak ada yang butuh ulat, bentuknya yang tidak bagus dan bulu-bulu halus di badan ulat seringkali bikin gatal tubuh kita.

Kaktus? Itu lagi, kan duri kaktus bisa menembus kulit kita dan akan mengeluarkan darah. Paling tidak cukup sakit kalau tertusuk duri kaktus. Sehingga tidak ada seorangpun yang ingin mendapatkan kaktus.

Tetapi apa yang Anda dapat dari kaktus yang berbunga sangat cantik. Bukankah bahwa sesuatu itu tidak dapat dilihat dari apa yang terlihat saat ini saja. Semua harus dilihat dari apa yang akan terjadi nanti. Termasuk apakah sesuatu itu akan terjadi, karena kita mengusahakan hal itu untuk terjadi.

Nah, dalam hal kaktus. Kita kemudian dengan setengah ikhlas setengah kesal merawat dan menyirami terus kaktus tersebut. Dia terus tumbuh dan memang dia hanya butuh sangat sedikit air. Hingga satu saat kemudian tumbuhlah bunga yang sangat indah. Kitapun tidak perlu terlalu banyak memberi air. Sangat besar kemungkinan dia akan tumbuh dengan cara yang buruk dan mati bila diberi air terlalu banyak.

Sementara seekor ulat butuh daun yang banyak untuk makanan mereka agar mereka tumbuh dengan kuat dalam periode yang normal. Tidak ada percepatan untuk pertumbuhan ulat, tetapi juga bila dia mendapat makanan yang kurang, dia akan terlambat tumbuh. Ketika sang ulat tumbuh menjadi besar dia akan masuk ke dalam kepompong, dan dalam waktu yang tepat akan keluar dari kepompong menjadi ulat.

Anda perhatikan cara Tuhan bekerja? Kaktus tidak bisa diberi air terlalu banyak. Mungkin kaktus bisa bertahan hidup bila kekurangan air. Tetapi bisa mati kalau kebanyakan air. Sementara ulat bisa menunda makan hingga esok hari bila ada terlalu banyak makanan dan mati bila terlalu sedikit makanan.

Sehingga sekarang Anda menjadi lebih pintar untuk memberikan hal yang tepat kepada makhluk yang berbeda. Itu memberi Anda pengetahuan baru dalam menghadapi banyak orang dengan kepribadian yang berbeda.

Kemudian, butuh jam dari sejak sobekan pertama di kepompong hingga keluar sang kupu-kupu dengan sayap-sayapnya yang indah. Ada satu cerita lain yang saya ingat bagaimana seorang anak kecil yang membantu menyobekkan kepompong agar si kupu-kupu dapat segera terbebas dari kungkungan.

Benarkah itu kungkungan bagi si anak kecil? Ya! Dia menganggap itu adalah kungkungan. Tetapi bagi sang ulat yang akan menjadi kupu-kupu, kepompong adalah kulit yang melindungi proses transformasinya. Namun, ketika si anak membukakan kepompong yang ”mengungkung” itu, keluarlah sang kupu-kupu dengan sayap yang tidak sempurna.

Secara alami dia mencoba untuk terbang, dan dia tidak mampu terbang cukup jauh. Bahkan lebih sering dia terjatuh daripada terbang. Ternyata memang seekor kupu-kupu harus keluar dengan tenaga sendiri dari kulit pelindungnya.

Nah, sekarang kita juga sekaligus belajar tentang kesabaran. Sabar untuk menunggu sesuatu terjadi dengan sendirinya. Kadang-kadang kita berusaha untuk membantu, tetapi kita tidak sadar bahwa sangat mungkin bantuan tersebut bukan menolong tetapi bahkan mengganggu dan merusak.

Astaga! Begitu banyak yang kita dapat hanya dari sebuah bunga dan kupu-kupu yang kita minta. Sehingga ketika Tuhan memberi kita kaktus dan ulat, itu adalah hal yang terbaik buat kita. Tidak hanya mendapatkan bunga dan kupu-kupu, tetapi sekaligus mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dalam memperlakukan orang lain dan belajar untuk tetap sabar.

www.bukakacamatakuda.blogspot.com - Medan – Mei 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar